Lelang Perdana di Reuni Terakhir: In Memoriam

  • Bagikan
Sugianto ketika menerima kaos oblong dan hasil lelang saat reuni di Kota Lhokseumawe, Aceh, Sabtu (21/1/2023). durasi/Tami

LHOKSEUMAWE – LELANG kaos oblong putih berisi tanda tangan menjadi puncak dari kegiatan reuni alumni STM Negeri Bireuen 1991 di sebuah kafe di Lhokseumawe, Aceh, Sabtu (21/1/2023) malam. Dalam selimut udara sejuk karena sepanjang hari Lhokseumawe diguyur hujan, para alumni merasakan kehangatan.

Setelah sekian lama tidak bertemudi antaranya ada yang 32 tahun mereka bersua kembali dalam suasana berbeda. Rambut memutih dan sudah banyak rontok, perut buncit, dan penyakit yang mendera. Soal kesehatan dan penyakit menjadi salah satu tema bahasan utama di setiap meja. Wajar saja, usia rata-rata alumni sudah 50 tahun bahkan ada yang lebih.

Para alumni berdatangan dari berbagai daerah, mulai dari Medan sampai Banda Aceh. Tidak sebanyak reuni sebelumnya karena ada yang datang dari Surabaya dan Batam, tetapi reuni bertema Meusaboh Hate, Tanyoe Meusyedara berlangsung seru, damai, sekaligus mengharukan. Sebab ada kejadian tak terduga dalam reuni tersebut yang berakhir duka mendalam, dua hari kemudian.

Ketua Panitia Reuni, Ipda Wahyudi, menyebutkan reuni digelar di Kota Lhokseumawe pada malam hari dengan mempertimbangkan berbagai hal, termasuk jarak dan tidak menggangu pekerjaan para alumni. Dan itu berdasarkan kesepakatan dalam beberapa rapat yang kami gelar, katanya, beberapa waktu lalu.

Ini berbeda dengan beberapa reuni sebelumnya yang berlangsung di pantai dan gunung. Perbedaan lokasi justru memberi warna dan suasana lain serta keseruan laintentu saja.

Seperti reuni sebelumnya, para alumni menandatangani papan yang disedikan panitia, lengkap dengan coretan singkat dan identitas kelas di dalamnya. Namun, berbeda dengan sebelumnya, muncul gagasan untuk membubuhkan tanda tangan di sebuah kaos oblong. Kaos itu sebenarnya milik seorang alumni yang tidak diambil. Tapi kemudian kami usulkan dibuat kenang-kenangan tanda tangan, ungkap Tarmizi, alumni dari Bireuen yang bersama Saiful Anhar menginisiasi pembuat kaos alumni di setiap acara.

Kaos itulah yang kemudian dilelang kepada para alumni dengan harga buka Rp150 ribu. Kemudian ada yang menawarkan Rp200 ribu, naik Rp250 ribu, Rp500 ribu, sampai tertahan di Rp1 juta.

Suasana agak hening ketika sampai di Rp1 juta. Pemandu lelang sengaja menahan sekian detikbahkan mungkin lebih dari satu menituntuk memberikan kesempatan bagi alumni. Tiba-tiba ada yang teriak Rp1,5 juta dan pemandu kembali memberikan kesempatan terakhir. Dua juta! terdengar suara lembut seorang perempuan yang duduk di barisan tengah sembari mengacungkan dua jari.

Lelang kaos itu ditutup pada angka Rp2 juta. Pemenangnya adalah Surya Ningsih, alumni Jurusan Teknik Elektronika dari Bireuen. Hasil lelang tersebut menjadi tali kasih yang diberikan kepada Sugianto yang sudah lama menderita penyakit komplikasi.

Ketua Alumni STM Negeri Bireuen tahun 1991, Zulfikar Idris, menyebutkan gagasan spontan itu menjadi tali kasih kepada Anto, panggilan akrab Sugianto. Kami sengaja tidak mengumumkan dari awal biar ada kejutan, kata karyawan di PT Perta Arun Gas tersebut.

Anto yang hadir malam itu dengan jaket merah, tidak dapat menahan tangisnya. Dengan dipapah oleh dua rekannya, Anto maju ke depan dan menerima hasil lelang sejumlah Rp2 juta yang diserahkan Zulfikar Idris dan didampingi sejumlah alumni lainnya.
Sepanjang malam itu, Anto memang lebih banyak diam. Namun, seluruh perhatian alumni tertuju kepadanya. Banyak alumni yang berebutan berfoto dengannya, seolah mendapatkan firasat inilah foto terakhir.
***
Kesetiaan Anto merawat silaturahim memang menginspirasi banyak alumni STM. Di mana pun reuni digelar, bagaimana pun kondisi kesehatannya, Anto tetap hadir. Bahkan ketika reuni digelar di Lhokseumawe, Meiji mengaku menjumpai Anto beberapa hari sebelum berangkat. Melihat kondisi kesehatan sahabatnya, ia menyarankan Anto tidak ikutan. Tapi jika tidak kami izinkan jalan bersama, ia akan menumpang mininus ke Lhokseumawe, ungkap Meiji.

Akhirnya, Anto dan istrinya, Arianti, berangkat bersama alumni lain dari Bireuen. Semangat untuk bersilaturahmi tidak kali ini saja ditunjukkan Anto. Sebelumnya, ketika reuni berlangsung di Takengon, ia tetap berangkat meski kesehatannya mulai menurun. Ketika akhir tahun 2022 lalu sejumlah alumni menikmati liburan ke Sabang, Anto dan istrinya juga bergabung meski sempat muntah-muntah dalam kapal penyeberangan.

Selepas reuni malam itu, Anto pulang dengan penuh kebahagiaan. Meski sudah lama menderita penyakit komplikasi, teman-temannya tetap terkejut ketika menerima kabar Anto meninggal dunia pada Senin 23 Januari 2023 sekitar pukul 23.00. Ayah tiga anak itu dikebumikan keesokannya di Komplek Pemakaman Karang Rejo, Bireuen.

Alumni STM Negeri 1 Bireuen tahun 1991 menggelar tahlilan di rumah mendiang Sugianto di Bireuen, Aceh, Sabtu (28/1/2023). durasi/Ayi Jufridar

 

Kami kehilangan sahabat terbaik. Anto pergi setelah berkumpul dengan sahabat semasa STM. Ketika masih dirawat di rumah sakit, ia pernah berpesan agar filosofi serinen dalam bahasa Gayo tetap dijaga, ungkap Meiji yang bersama Saiful Anhar, Nurmala Dewi, serta beberapa alumni lainnya intens menemani Anto di masa-masa sakit. Serinen adalah tema reuni di Takengon, Aceh Tengah, yang bermakna saudara sedarah.

Anto meninggalkan tiga anak, masing-masing Siti Ardian Nisa, M Ar Raifansyah, dan M Ar Raihansyah. Ketiganya tampak tegar ketika melayani sahabat mendiang ayahnya yang datang dari berbagai kota, mulai dari Banda Aceh sampai Medan, untuk berdoa di rumah duka pada Sabtu (28/1/2023). Hanya Raifansyah yang tidak mampu membendung air mata ketika AKP Syabirin memberikan sambutan mewakili para alumni.

Kami akan tetap melanjutkan silaturahim dengan keluarga Bang Anto. Kedatangan para alumni dari Banda Aceh sampai Medan, bahkan ada yang berangkat dengan motor, menjadi bukti pesan Bang Anto untuk saudara sedarah tetap dijaga, ujar Syabirin yang kini menjabat Kepala Bagian Operasi (KBO) Polres Bener Meriah.Tgk Sofyan Suri yang memimpin tahlilan juga berpesan agar silaturahim ini tetap dijaga.

Siti Ardian Nisa dan adik-adiknya begitu terharu dengan kesetiaan sahabat mendiang ayahnya yang datang dari jauh untuk menyampaikan doa. Kedatangan sahabat ayahnya itu membuat duka Siti dan adik-adiknya terobati. Kami kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan apa yang kami rasakan. Tapi yang jelas, kami tidak pernah merasa sendiri dalam kesedihan ini, ujar alumni Universitas Malikussaleh tersebut.(*)

  • Bagikan