Cerpen: Kisah Keira

  • Bagikan

Tema : Kehidupan

Nama : Raissa Indrasari
Asal : Jakarta
Universitas : Politeknik Ketenagakerjaan

Pagi hari yang cerah, terlihat seorang anak perempuan sedang mengayuh sepedanya. Rambut hitam yang dikepang dua terlihat melambai tertiup angin.

Namanya Keira Hecihera atau biasa disapa Kei. Kei merupakan anak kedua dari dua bersaudara, keluarganya sangat sederhana ayah dan ibunya hanyalah seorang pegawai negeri biasa dan kakaknya yang berjarak enam tahun dengan Kei masih mengenyam pendidikan dibangku sekolah menengah pertama.

Kei yang berumur tujuh tahun sedang aktif-aktifnya bermain bersama teman-teman sekolah dasarnya. Kei kecil sangat senang dengan apa yang dia miliki saat ini, hingga suatu kejadian yang membuat Kei kehilangan satu sayapnya, yaitu ketika Kei menginjak umur 17 tahun untuk pertama kalinya dia mengalami patah hati yang sangat berat. Kei kehilangan sosok ayah yang sangat dia cintai, cinta pertama Kei kecil telah meninggalkannya.

Semula Kei merasa tidak apa-apa karena masih banyak orang disekelilingnya yang memberikan kasih sayang tanpa batas, apalagi ibu dan kakaknya sangat menyayangi dirinya. Sampai ketika Kei menginjak umur 20 tahun dirinya pun terpaksa untuk kehilangan sayap kedua yang dimilikinya dan merupakan hal yang sangat menghancurkan dirinya. Bumi yang selama ini dia pijak tidak berarti lagi untuknya. Ibunya, ibunya yang dia sayangi selalu memanjakan Kei, selalu memeluknya ketika dia kesulitan dan menjadi pengganti untuk ayahnya yang telah tiada sekarang harus pergi meninggalkan Kei untuk selamanya.

Kei tidak mengerti, kenapa Tuhan terlalu jahat dengan dirinya, merampas semua keindahan dan kebahagiaan yang selalu mengikuti dirinya. Berbulan-bulan dirinya tanpa arah meninggalkan semua yang dia miliki termasuk kuliahnya. Ya, Kei sempat mengenyam pendidikan di salah satu universitas terbaik di Indonesia, tetapi dia melepas itu semua demi menjaga sang ibunda yang sedang sakit. Terpuruk dan semakin terpuruk. Bulan demi bulan berlalu, jam, menit, detik telah berlalu tetapi kesedihan yang menghiasi wajah cantiknya tidak pudar. Kei sudah menjelma menjadi seorang perempuan dewasa di umurnya yang ke-20 tahun. Dipaksa dewasa oleh keadaan, tetapi tidak pernah dipaksa untuk menjadi yang terbaik.

“Kei terbangun dan melihat secarik kertas yang ditinggalkan oleh Rio abangnya” ‘Kalo ada apa-apa hubungin ke nomor yang abang pernah kasih. Jangan lupa sarapan, kalo makanannya dingin panasin lagi ya’ “Bang Rio udah berangkat ternyata,” gumam Kei.

Setelah kepergian Rio, Kei merasa bahwa rumah yang dia tinggali terasa sangat sepi. Terasa lebih dingin, dan tidak ada orang yang menemani dia. Dia sendirian dan kesepian. Memilih untuk bangun dari nyamanya kasur, Kei kembali memulai rutinitas setiap harinya yang selalu berulang dari hari ke hari. Merapihkan rumah sampai dirinya merasa bosan, setelah itu kembali menonton siaran dorama yang selalu di putar ulang. Menghela napasnya, Kei beranjak bangun kemudian menguncir rambutnya yang sudah mulai panjang, Kei menatap pantulan dirinya di cermin.

“Apa aku potong aja ya,” ucap Kei sambil memegang sejumput rambut indahnya.

Setelah menimbang-nimbang Kei mengambil sebuah gunting dan mulai memangkas rambutnya menjadi lebih pendek. Kei ingin merubah semua yang ada di dirinya, dia tidak boleh terus terpuruk dan bersedih. Dirinya bosan hidup dalam lubang kesedihan. Meratapi kepergian Ibu yang dia sayangi, dia ingat kata-kata yang ibunya.

‘Kei, jika ibu nanti sudah tidak ada disamping Kei, Kei harus menjadi sosok perempuan yang kuat ya. Perempuan mandiri, dan selalu bertanggung jawab dengan apa yang kamu lakukan. Anggaplah ibu ada disamping Kei, jangan pernah merasa sendirian ya sayang”.

Tak terasa air mata mengalir dari kedua mata indahnya, menghapus air matanya. Terlihat dari kedua bola mata hitamnya sebuah tekad bahwa Kei harus berubah dan tidak boleh sedih. Kembali memotong rambutnya hingga menyentuh telinganya.

Kei tersenyum puas,”Nice Kei, dengan ini Keira Hecihera akan memulai lembaran baru dan menjadi anak perempuan cantik Ibu kembali”.

“Apa yang harus aku lakukan terlebih dahulu,” Kei mengetuk-ngetukan jarinya sambil berpikir.

Dirinya sudah berumur 20 tahun dan tahun ini akan berulang tahun yang ke-21 tahun, tetapi dia belum mendapatkan tempat kuliah lagi. Keira berlari untuk melihat kearah kalender. “Sekarang masih bulan November, aku masih ada kesempatan sekitar enam bulan sampai pendaftaran SBMPTN,” Keira menimbang-nimbang untuk mulai mencari informasi untuk dia mulai kuliah kembali.

Membuka benda berukuran 14 inch, Keira mulai menarikan jari-jarinya untuk mencari semua informasi yang berkaitan dengan Universitas yang akan dia tuju.

“Apa ke UI?” gumam Keira

“Tapi jurusan apa?” Kei mulai menggulirkan matanya dan mulai membaca.

Tidak terasa waktu cepat berlalu, terdengar suara mobil Rio masuk ke dalam pekarangan rumah. Keira meregangkan badannya dan melihat catatan yang dia buat.

Kedokteran

Keira sudah membulatkan tekadnya untuk masuk ke dunia kedokteran, dia ingin menolong banyak orang, membuka sebuah klinik dan memberikan perawatan yang terbaik untuk semua orang yang membutuhkan pertolongannya.

Keira ingat betul ketika ibunya sakit, sangat sulit untuk cepat mendapatkan pengobatan. Dirinya tidak ingin orang lain mengalami hal yang sama. Untuk itu dia harus bisa menjadi seorang dokter yang bisa menolong banyak orang-orang khususnya di daerah terpencil.

Tok, tok, tok

“Kei, udah makan?” Rio menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar Keira, masih terlihat gurat lelah dari wajah Rio.

“Kei rambut kamu?” Rio terbelalak kaget melihat rambut adiknya berubah menjadi pendek.

Keira tersenyum lebar dan memeluk Rio, “Abang, Kei mau mulai kuliah lagi ya. Aku udah ngelist kampus dan jurusan yang aku mau”.

Rio mengusap lembut rambut adik kecilnya, atau mungkin sekarang tanpa Rio sadari Keira sudah berubah menjadi seorang perempuan yang dewasa. Rio lupa kalau tahun ini Keira akan menginjak umur yang ke-21 tahun. Rasanya Rio rindu masa-masa dimana keluarganya utuh, dan dia sekarang harus berdua saja dengan Keira untuk menata kehidupan yang lebih baik.

“Abang dukung semua keputusan Keira, Ibu dan Ayah pasti bangga melihat putri kecil mereka sudah tumbuh sedewasa ini,” Rio menguraikan pelukan Keira dan menatap kedua bola mata hitam Keira yang menunjukkan sebuah tekad kuat.

“Makasih abangku tersayang. Tapi, hm jurusan yang aku mau kedokteran bang,” ucap Keira ragu sambil menatap wajah Rio yang terlihat lelah.

Rio mengerjapkan kedua matanya, lantas tersenyum menenangkan Keira,”Kei, sekarang kamu udah menjadi tanggung jawab abang. It’s okay kalo kamu mau jadi seorang dokter. Tugas kamu sekarang belajar dan fokus sama semua yang kamu impikan, walaupun sekarang kita hidup berdua tapi kamu harus ingat Tuhan itu gak pernah tidur dan akan mengabulkan semua doa hambanya jika hambanya terus berusaha. Ayah dan Ibu pasti senang mendengar putri kecil mereka sudah menemukan tujuan hidupnya lagi,” ucap Rio sambil memegang kedua pundak kecil Keira.

Keira tersenyum dan kembali memeluk Rio, “Sayang abang banyak banyak”.

Enam bulan kemudian H-2 minggu pendaftaran SBMPTN.

“Kei kamu masih belajar?” Rio melihat Keira yang masih terus berkutat dengan buku-buku SBMPTN yang tebalnya tidak bisa Rio ukur.

Keira membenarkan letak kacamatanya,”Abang” rengek Keira.

Rio membawakan semangkuk sereal kesukaan Keira dan meletakkannya disamping nakas tempat tidurnya,”Makan dulu, masa calon dokter sakit sih. Nanti yang mau ngobatin pasiennya siapa” ucap Rio sambil terkekeh kecil.

Keira menggembungkan pipinya, lantas tersenyum dan mengambil mangkuk sereal yang diberikan Rio, “Makasih abang. Maaf ya Kei selalu ngerepotin abang, Kei belum bisa jadi adik yang baik buat abang”.

Rio menggelengkan kepalanya pelan dan menepuk puncak kepala Keira,”Sst, udah kamu tuh lebaynya gak ketolongan deh. Gimana progresnya, kalo capek istirahat Kei jangan terus dipaksain. Nanti kamu sakit” Mengunyah serealnya dengan pelan Keira kembali berucap,”Sejauh ini progressnya udah 80% bang.

Lagi pula Kei kan anak saintek jadi untuk belajar saintek lagi, Kei gak harus belajar dari awal banget paling cuma review singkat sama belajar yang belum Kei pahamin bang”.

“Kei juga harus ingat ya, ini tahun terakhir kamu buat daftar. Seandainya kamu gak di terima kedokteran, kamu harus punya planning yang lain oke?” Kei menganggukkan kepalanya,”Kei udah ngelist beberapa jurusan yang Kei minati” Kei memberikan secarik kertas kepada Rio, disana sudah terdapat beberapa jurusan yang Kei mau.

Ada kedokteran yang ditulis dengan huruf kapital, selain itu ada kebidanan, radiologi, psikologi, dan manajemen. “Kei mau manajemen?” tanya Rio sambil menatap Kei yang terlihat masih asik mengunyah Kei menganggukkan kepalanya,”Lebih tepatnya manajemen sumber daya manusia bang.

Kei merasa Kei suka banget berinteraksi sama orang-orang, jadinya Kei pilih jurusan itu” jawabnya mantap. Rio tersenyum puas dengan jawaban Kei, dan terus memberikan semangat kepada Kei,”Semangat adiknya abang”.

“Makasih banyak banyak banyak abangnya Kei”.

H-1 minggu pendaftaran

“ABANGGG!!” teriak Kei dari arah ruang tamu.

Terdengar derap langkah Rio yang lari dari arah dapur, “Kenapa Kei?” tanya Rio panik.

Kei menampilkan raut wajah sedih dan berurai air mata, “K-kei gak bisa daftar SBMPTN gimana abang? Hancur semua planning yang udah Kei susun dari enam bulan yang lalu. Abang ini tahun terakhir Kei, Kei gak mau masuk swasta abang. Kenapa Tuhan jahat banget sama Kei, semua usaha Kei selama beberapa bulan kebelakang gak ada hasilnya” ucap Kei menangis dan membenamkan kepalanya.

Rio menghampiri Kei dan mengelus pundak adiknya,”Kei, sst jangan nangis. Mana adik abang yang selalu ceria. Kei ingat, mau swasta ataupun negeri itu sama aja kei gak ada yang beda. Semua ilmu itu sama, tergantung dari kamu mau menjalaninya atau enggak. Sekarang gini, Kei masih beruntung bisa kuliah kalaupun harus di swasta, gimana temen-temen Kei yang lain yang ingin kuliah tapi gak punya biaya. Kei, Tuhan itu sudah adil memberikan apa yang hambanya butuhkan bukan inginkan, Kei gak boleh bilang seperti itu,” ucap Rio.

Kei mulai menatap wajah Rio, matanya merah, “ Jadi kalo Kei gak masuk negeri gapapa bang?”.

“Gapapa sayang, abang tetep terus dukung Kei. Apapun jalan yang Kei pilih, abang akan selalu dukung asal Kei gak boleh nangis dan harus jadi perempuan tangguh”.

Kei menganggukkan kepalanya semangat, “Hm abang, sebenernya Kei udah lolos tahap tiga di salah satu politeknik dan itu jurusan manajemen, tapi Kei masih pengen jadi dokter” ucap Kei sedih.

“Kei” ucap Rio pelan, lantas Keira langsung menatap kedua mata Rio “Iya abang” “Baru beberapa menit yang lalu abang bilang loh kamu itu harus banyak yang bersyukur Kei,” Rio mencubit kedua pipi adiknya.

Seketika Keira menggembungkan pipinya,”Iya abang maaf. Keira janji, Kei akan jadi anak yang bersyukur, terus semangat dan jadi adik yang akan membanggakan kak Rio, anak yang membanggakan bagi ayah dan ibu”.

“Nah ini baru Keira yang abang kenal”.

Keira menampilkan senyum lima jarinya, “Yaudah abang. Kei mau belajar untuk tahap terakhir masuk politeknik. Doain Kei ya abang, semoga ini jadi rezeki Kei” “Pasti sayang, dan Kei juga jangan lupa doain ayah dan ibu. Walaupun mereka udah gak ada, kita sebagai anaknya tetep harus mendoakan mereka”.

Kei menganggukkan kepalanya mantap, dan tersenyum tipis,”Oke abang, itu udah menjadi salah satu doa yang Kei panjatkan setiap harinya”.

Keira terus melanjutkan hidupnya dengan penuh semangat, dirinya sudah diterima di salah satu politeknik dan mendapatkan beasiswa, hal itu merupakan buah kesabaran dan rasa bersyukur yang selalu Rio katakan kepada Keira. Keira dan Rio selalu saling mengingatkan dan saling menguatkan satu sama lainnya seperti pesan ibu.

‘Rio dan Kei harus saling asuh dan asih. Karena jika ibu sudah tidak ada, Rio harus bisa menjaga Keira dan membimbing Keira sampai Keira berumah tangga nantinya”.

-End-

  • Bagikan