LBH: Kebebasan Pers Semakin Terkekang, Bukti Kita Kembali ke Zaman Otoriter

  • Bagikan
Diskusi dan nonton bareng Film A Thousand Cuts, yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe, Sabtu 6 November 2021.
Diskusi dan nonton bareng Film A Thousand Cuts, yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe, Sabtu 6 November 2021.

LHOKSEUMAWE- Kebebasan pers merupakan sebagai pilar demokrasi, ketika pers mulai mengalami diskriminasi dan kebebasan yang semakin terkekang, maka bukti telah kembali ke zaman otoriter.

Direktur YLBHI-LBH Banda Aceh, Syahrul, mengatakan, saat ini kalangan pers sangat rentan mengalami dikriminalisasi di mana-mana, diancam, dibunuh bahkan keluarganya diteror dan dilecehkan.

“Ini merupakan sebagai bukti kalau kita telah kembali ke zaman otoriter,” kata Syahrul, saat tampil sebagai pemateri dalam diskusi dan nonton bareng Film A Thousand Cuts, yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe, Sabtu 6 November 2021.

Sementara itu, pemateri lainnya, Ayi Jufridar, yang merupakan sebagai Ahli Pers dan juga wartawan senior, menyebutkan, kalangan pers harus bersatu dan kompak, sehingga mampu melawan berbagai diskriminasi yang terjadi.

Selain itu, juga harus mampu menyusun perencanaan liputan yang matang, sehingga dapat menghasilkan karya jurnalistik yang menarik dan jangan hanya menunggu berita-berita peristiwa saja.

“Jadi, kita harus mampu menyusun perencanaan liputan yang matang dan jangan menunggu berita yang jatuh dari langit. Maksudnya, berita-berita tentang peristiwa dan seremonial saja,” tutur Ayi Jufridar.

Sutradara Film Identitas dan Ketua Matasapi Films, J Hendri Noerman, mengungkapkan, The Thousand Cut salah satu film dokumenter terbaik dan masuk dalam festival film dunia.

“Film ini luar biasa dengan durasi yang hampir dua jam bikin penonton tidak bosan, karena materi yang dimunculkan sangat dinamis, lugas, bicara fakta dan dikemas dengan frame sinematik. Subjek di film ini yaitu Maria Ressa juga sosok yang sangat fenomenal,” katanya.

Acara nobar dan diskusi tersebut, diikuti sejumlah akademisi, pegiat sosial dan hak asasi manusia, kalangan mahasiswa serta sejumlah jurnalis di Lhokseumawe dan Aceh Utara, yang diadakan di Aula Aula Meurah Silu, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe. []

 

  • Bagikan